Senin, 13 Mei 2013


RESENSI NOVEL PERAHU KERTAS



Judul Buku        :    Perahu Kertas                      
Penulis                :    Dewi Lestari (“Dee”)
Editor                 :    Hermawan Aksan
Tanggal Terbit   :    Agustus 2009
Penerbit              :    Bentang Pustaka
Tebal                   :    444 Halaman, 20 cm
ISBN                   :    978-979-1227-78-0

Sinopsis Novel    :
Kugy adalah seorang gadis manis yang memiliki hobi berkhayal,  karena hobinya itu ia jadi tertarik dan senantiasa gemar menulis dongeng. Selain itu, tak jarang ia membuat surat yang ditujukan kepada Dewa Neptunus dengan melipatnya menjadi perahu kertas yang dihanyutkan ke danau atau laut. Kegemarannya dalam menulis dongeng membawa dia pada Fakultas Sastra disebuah Universitas di Kota Bandung.
Sementa itu, seorang remaja pria bernama Keenan merupakam sosok pria yang gemar melukis. Selama enam tahun ia tinggal di Amsterdam bersama neneknya, sampai akhirnya ia harus kembali ke Indonesia untuk meneruskan pendidikannya di bangku kuliah disalah satu universitas di Kota Bandung pula. Keinginan ayahnya untuk mengarahkan Keenan pada bidang bisnis mengalahkan keinginan Keenan untuk menjadi pelukis handal, dan pada akhirnya mengantarkan ia ke Fakultas Ekonomi.
Kugy dan Keenan menjalin persahabatan yang dimulai dengan pertemuan dimana Kugy yang berteman sejak kecil dengan Noni bertemu Keenan yang merupakan sepupu dari kekasih Noni yang bernama Eko. Persahabatan diantara mereka menimbulkan rasa yang lain. Sampai pada akhirnya mereka saling jatuh cinta namun saling memendam rasa itu karena pada dasarnya mereka hanya bersahabat. Lagipula Kugy telah memiliki kekasih bernama Joshua, dan dilain sisi, Keenan pun dijodohkan dengan sepupu Noni yang bernama Wanda.
Hubungan Kugy dan Keenan menjadi renggang setelah Keenan berpacaran dengan Wanda. Sampai suatu saat Keenan mengalami kondisi yang mengharuskan ia mengakhiri hubungannya dengan Wanda. Patah hati yang dialami Keenan dan masalah keluarga yang menimpanya membuat ia meninggalkan kehidupan di Kota Bandung serta meninggalkan keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Bali, Ubud dan bertemu dengan Pak Wayan yang memiliki hobi yang sama seperti dirinya, yaitu melukis. Kesedihan yang dialami Keenan semakin lama semakin berkurang karena ia dapat menyalurkan bakat melukisnya kembali di Bali, terlebih ia mulai menyukai Luhde Laksmi yang merupakan keponakan Pak Wayan.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di Bandung, Kugy akhirnya bekerja disebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Ia bertemu dengan Remigius, atasan sekaligus sahabat kakaknya. Keduanya pun saling jatuh cinta. Sementara Keenan tidak dapat tinggal lagi di Bali, karena kondisi kesehatan ayahnya yang semakin lama semakin menurun memaksanya untuk kembali ke Jakarta dan harus menjalankan perusahaan sebagai pengganti ayahnya. Kugy dan Keenan pun akhirnya bertemu kembali di Jakarta dalam suatu keadaan yang berbeda.
Kelebihan Novel :
Penulis dalam novel ini menggunakan bahasa-bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya dari berbagai kalangan. Selain itu, novel ini mengandung nilai-nilai yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pelajaran, seperti persahabatan, percintaan, perjuangan, semangat dan impian.
Kekurangan Novel :
Pada pertengahan cerita dirasakan adanya kejenuhan. Selain itu pembaca cenderung dapat menebak akhir dari cerita novel ini.

Review Novel : Ayahku (Bukan) Pembohong



Novel Ayahku ( Bukan) Pembohong ini ditulis oleh Tere Liye. Novel ini nyeritain tentang sebuah keluarga sederhana dengan 1 orang anak laki-laki yang bernama Dam. Dam yang terlahir dengan sederhana membuat Dam diolok-olok sama teman sekolah yaitu si Jarjit. Disekolah Dam hanya berteman dengan Taani, Taani ini udah kayak sahabat Dam sendiri. Novel ini alurnya maju-mundur lhoo.. awalnya sih ribet juga ngebacanya, tapi lama kelamaan seru juga novelnya..
Dam yang sudah mempunyai dua anak yaitu Zas dan Qon bener-bener g mau anak-anaknya itu ngedenger cerita Ayahnya yang Dam anggap hanya bohong. Tapi, Taani yang menjadi istrinya ngelarang Dam untuk marah sama Ayahnya.
Ayah Dam ini sering nyeritain pengalaman beliau pas masih muda. Namanya anak kecil ya, pasti seneng banget kalo udah dengerin cerita seru dari Ayah atau orang lain. Setiap kali Dam pulang sekolah pasti Ayah bilang ‘ Dam, kau mau tau rahasia besar Ayah?’. Dam ini seneng banget sama Sepak Bola, dia ngefans berat sama Sang Kapten El Capitano. Ayah juga sangat antusias nyeritain kisah waktu beliau kuliah dan ketemu dengan El Capitano yang dulu semasa kecilnya hanya berjualan sup jamur.  Cerita tentang Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin, dan semua cerita Ayah ditelan mentah-mentah oleh Dam.
Sampai akhirnya Dam sekolah di Akademi Gajah. Dam disana sering dapet hukuman. Dam sama temennya dapet hukuman ngebersihin perpustakaan. Temennya si Dam ini, g sengaja baca buku tentang Lembah Bukhara. Dam yang ngerasa pernah denger cerita itu jadi penasaran dengan cerita itu. Dari situlah Dam ngerasa bahwa apa yang diceritain Ayahnya itu bukan pengalam Ayahnya melainkan dongeng.
Zas dan Qon sangat antusias dengan cerita kakeknya, sampe-sampe Zas dan Qon bolos sekolah terus pergi ke perpustakaan kota cuma demi nyari tau cerita kakeknya itu.
Dam yang tau anaknya itu bolos sekolah, langsung meminta Ayahnya untuk mengakui semua bahwa cerita itu bohong. Ayah Dam tetap bersikeras bahwa cerita itu memang nyata, dan Ayah tidak pernah bohong. Pada akhirnya, Dam memberikan pilihan kepada Ayahnya kalo Ayahnya tetap bersikeras g mau bilang itu bohong berarti Ayahnya harus pergi dari rumah Dam.
Ayah Dam yang sudah sangat tua itu memilih buat pergi dari rumah Dam. Ternyata Ayah pergi ke makam Ibu nya Dam. Pada saat di makam, Ayah Dam jatuh pingsan,dan Dam yang dikasih tau oleh orang lain langsung pergi ke rumah sakit.
Di rumah sakit Ayah Dam yang baru sadar langsung ngajak Dam bicara. Ayah tetap mengatakan semua cerita itu benar dan kemudian Ayah menceritakan tentang Danau Para Sufi. Ayah Dam akhirnya meninggal dunia, pada saat pemakaman baru semua terungkap bahwa Ayah memang bukan pembohong. Sang Kapten datang untuk mengucapkan bela sungkawa, banyak rekan-rekan Ayah Dam yang datang dan berkata Ayah memang orang yang jujur dan sederhana.

Resensi Novel Bidadari-bidadari Surga


Resensi Novel “Bidadari-Bidadari Surga”



Kerja keras bersyukur dan iklas itulah makna yang dapat dipetik dari novel yang berjudul “Bidadari-bidadari Surga”. Novel karya Tere Liye ini mengisahkan perjuangan seorang gadis dilembah Lahambay untuk bisa membantu ibunya agar keempat adiknya tetap sekolah. Sementara gadis itu rela untuk berhenti sekolah untuk meringankan beban orang tuanya dan mempunyai banyak waktu menambah penghasilan. Gadis itu bernama “Laisa” dan keempat adiknya Dalimunte, Wibisana, Ikanuri dan Yashinta. Laisa selalu mengajarkan kepada adik-adiknya untuk selalu kerja keras, kerja keras, dan kerja keras.
Cerita yang diangkat dari kisah nyata ini, sangat mengharu biru. Gadis yang hingga akhir hayatnya tak juga mendapatkan jodohnya ini, diceritakan begitu sangat iklasnya dia menerima takdirnya, yang tak mendapatkan jodohnya karena bermasalah dengan fisiknya. Laisa tetap tegar menghadapi nasibnya, dia tetap bisa berbuat banyak untuk tegar mengadapi nasibnya, dia tetap bisa berbuat banyak untuk penduduk di desanya dengan keterbatasannya itu yang membuat banyak orang mencibirnya itu.
Sungguh banyak hal yang dapat kita pelajari dalam novel ini, tentang bagaimana kita sebagai manusia yang sudah sepatutnya bersyukur kepada sang pencipta dengan apa yang telah Dia berikan kepada kita.